Minggu, 28 Mei 2017

Dewan Pers Soal Hoax

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Hello guys, hari ini saya akan memposting tentang “Dewan Pers Soal Hoax”. Pada bab ini perkuliahannya di hari lain, karena mengganti  jam yang libur sehingga waktunya sedikit. 
Baca yuk, semoga bermanfaat.

Bedanya Info Media dengan Berita
·         Info Media:
Asal ïnformationel”(Latin) dan ïnformacioni”(Perancis).
Potongan pesan atau kumpulan pesan awal yang disampaikan seseorang dan diterima oleh sebuah institusi media.
·         Berita:
Kumpulan info media yang telah dicek kebenarannya dan diverifikasi sebelum disampaikan kepada publik/masyarakat luas.
Sejarah Maraknya Berita Hoax di Indonesia
1.      Banyak berita “gorengan” jelang Pileg dan Pilpres 2014.
2.      Sejumlah pemilik media membuat partai/masuk partai dan menggunakan medianya untuk berkampanye
3.      Ada sejumlah partai membuat media baru.
4.      Banyak wartawan ikut jadi caleg atau jadi joki politik.
5.      Sejumlah wartawan merangkap jadi tim sukses .
6.      Politisi menarik-narik wartawan, mengunjungi media/organisasi wartawan.
7.      Pubik kehilangan kepercayaan terhadap netralitas pers dan kebenaran isi media.
Medsos Menjadi Alternatif
Pada saat informasi media mainstream tak bisa dipercaya, masyarakat mencari alternatif dari media sosial. Media sosial semacam Twitter dan Facebook yang awal mulanya diciptakan untuk membuat update status atau menemukan kembali teman-teman lama yang berpisah berubah menjadi sarana seseorang menyampaikan pendapat politik, mengomentari pendirian orang lain.
Medsos Menjadi Penyebar Hoax
·         Grup media sosial (al WA) menjadi sarana pas karena si X mendapatkan info dari sahabatnya si Y (yang dikenal si Y). Info saling dipertukarkandan diteruskan ke grup baru tanpa mempersoalkan dari mana asal info yang diforward tersebut.
·         Media sosial berubah fungsi menjadi ajang orang bertikai. Berita hoax marak.
·         Sejumlah orang membuat akun-akun palsu.

·         Berita hoax marak pada saat tensi politik tinggi (menjelang Pileg, Pilpres, Pilkada) .


Viral Kemarahan Akibat Hoax

Kabar bohong atau hoax beredar di dunia maya, disebar dari satu akun ke akun lain, berpindah dari Facebook ke Twitter, Twitter ke WhatsApp grup, dan dalam beberapa jam - tanpa diketahui siapa yang pertama menyebarnya - pesan itu telah mengundang amarah atau rasa takut pengguna.
Medua Mainstream dan Medsos
Mayoritas wartawan saat ini ternyata memilih jalan paling mudah untuk menulis, menemukan ide berita, sekaligus menverifikasi sebuah fakta hanya dengan mengandalkan sumber media sosial.
Data Media Terakhir
·         Menurut perkiraan di Indonesia kini ada sekitar 2.000 media media cetak. Namun dari jumlah tersebut hanya 321 media cetak yang memenuhi syarat disebut sebagai media profesional (Data Pers 2015).
·         Sedangkan media online/siber diperkirakan mencapai angka 43.300, tapi yang tercatat sebagai media profesional yang lolos verifikasi hanya hanya 168 media online saja (menyusut dari data 2014 yang mencapai 243 media online).
·         Selain itu hingga akhir 2014 tercatat ada 674 media radio dan 523 media televisi
Berita Bermasalah

·         Berita Abal-Abal
Cara: membuat berita miring, memojokkan, menuduh.
Tujuan: Pihak yang diserang mengajak ber”damai”, memasang iklan, atau berlangganan.
Pembuat: wartawan abal-abal.

·         Berita Buzzer Berita Hoax
Cara: membuat berita untuk tujuan tertentu dan kemudian disebarkan melalui media sosial.
Tujuan: mendapatkan pengikut dan memenangkan opini.
Pembuat: pihak yg dibayar oleh pemilik kepentingan.

·         Berita Hoax
Cara: berita bohong sengaja dibuat agar jadi perbincangan di masyarakat.
Tujuan: mendapatkan keuntungan karena banyak orang meng”klik” situs dan menforward berita.
Pembuat: amatir yang mencari keuntungan, orang iseng, kelompok bayaran.
Ragam Media Online/Cetak
            Bisa dibedakan dalam 4 kuadran
·         Kuadran Pertama: Memiliki status jelas (terverifikasi di Dewan Pers), ada penang-gungjawab dan alamat redaksi, memenuhi syarat UU dan per-aturan DP, dikelola oleh wartawan berkompeten, isi menaati KEJ, membela kepentingan umum (dan menjalan fungsi pers secara benar).
·         Kuadran Kedua: Status kurang jelas (belum memenuhui syarat badan hukum, se-bagian terdaftar di DP), tapi isinya menaati KEJ, dan menjalan-kan fungsi pers secara benar, menjalankan fungsi jurnalistik de-ngan benar, sebagian memiliki penanggungjawan dan mencantumkan alamat redaksi.
·         Kuadran Ketiga: Status tak jelas (juga tak terdaftar di DP), tak mencantumkan pe-nanggungjawab dan alamat redaksi, bermuatan negatif, beri-tanya berisi kebohongan dan memutar balik fakta, mengumbar isu SARA.
·         Kuadran Keempat: Status terdaftar atau terverifikasi di DP, tapi secara konten tak sesuai dengan standar jurnalisyik, dan banyak melanggara KEJ.





Penyalahgunaan IPTEK
1.      Sarana teknologi tidak digunakan untuk memajukan kemanusiaan, tapi digunakan untuk hal-hal negatif.
2.      Ilmu pengetahuan dan teknologi disalag gunakan untuk hal-hal negatif.
3.      Negara harus melakukan sesuatu untuk mencegahnya.
Dewan Pers Mendukung Masyarakat Anti Hoax
·         Hal ini adalah upaya mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada berita-berita yang benar.
·         Upaya mengembalikan otoritas kebenaran faktual media arus utama.
·         Mengembalikan kepercayaan pada profesi jurnalis.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
            Hari ini saya akan memposting perkuliahan pada tanggal 24 April 2017. Perkuliahan hari ini berbeda dari perkuliahan sebelumnya. Perkulian kali ini diadakan secara online loooh, perkuliahan kali ini melalui whatsapp dikarenakan kita ketinggalan materi karena banyak liburnya di hari Senin. Hiks
            Perkuliahan kali ini membahas tugas seminggu sebelumnya yang diberikan oleh bu Artika, yakni menyunting berita pada berita pertemuan kedua. Ini adalah hasil berita yang saya sunting.
Syukron Ali Gampangkan Gabung di Teater HASTASA
­­­­­­­­­­­­­­­Syukron Ali Ketua Umum teater HASTASA memudahkan anggotanya untuk bergabung di teater HASTASA. Syarat bergabung dengan teater HASTASA hanyalah harus niat bergabung, bakat tidak menjadi kendala karena bakat  bisa dilatih. Pendaftar hanya untuk mahasiswa/mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), mulai dari semester satu sampai semester akhir. Hal ini dia sampaikan di basecamp HASTASA, Senin (20/02).

HASTASA  salah satu UKM teater dalam naungan Fakultas Tarbiyah UINSA Surabaya, yang berdiri pada tanggal 28 November 1992 dengan nama GENTA (Generasi Tarbiyah). Dalam perjalanannya, nama tersebut diganti dengan HASTA (Hasil Aspirasi Seniman Tarbiyah). Namun, pada tahun 1994, nama HASTA dirubah menjadi HASTASA (Hasil Aspirasi Seniman Tarbiyah Sunan Ampel) karena nama HASTA tersebut sudah dipakai oleh kelompok teater lain.

“Untuk menarik minat mahasiswa/mahasiswi dalam kesenian, HASTASA mengeksistensikan diri dengan style yang berbeda untuk terlihat dominan dari kelompok teater lain,” ungkap Ketua Umum teater HASTASA.

Karena sistem perkuliahan di kampus yang sangat padat, latihan dilakukan ba’da Maghrib sampai sekitar pukul sembilan malam. Namun, jika membutuhkan materi tambahan, bisa dilakukan pada sore hari. Latihan tersebut biasanya dilakukan di depan perpustakaan UINSA secara indoor dan outdoor, tergantung dari materi.  Latihan dilakukan dua kali dalam seminggu dengan koordinir dari Ketua Umum teater HASTASA. Untuk mahasiswa/mahasiswi baru yang paginya akan mengikuti kegiatan intensif bahasa dari pihak kampus yang kos, pulang pergi, dan asrama mereka diberikan kelonggaran untuk pulang lebih cepat. Tetapi, tidak berlaku untuk mahasiswa lama, mereka tetap melakukan latihannya setelah kuliah selesai.

Selain itu, saat diadakan acara atau pementasan, jadwal latihan akan disesuaikan lagi. Jadwal latihan tersebut dilakukan tiga kali dalam seminggu. Misalkan, satu minggu atau seminggu penuh sebelum acara tersebut, bahkan jika perlu akan dikarantina.

“Anggaran pementasan didapat dari pihak kampus UINSA, tetapi anggaran tersebut tidak mencukupi. Jadi kami harus mencari tambahan dana dari instansi lain” Ujar Abdul Hafid selaku anggota teater HASTASA.

Dari berita ini, terdapat banyak kesahalan. Yaitu:
1.    
   Dari segi judul, kata bu Artika seharusnya judulnya bukan Gampangkan, jadi seakan-akan bapak Syukron Ali nggampangno. Sebaiknya menggunakan kata Mudahkan karena biasa dipakai dan lebih enak dibaca.
2.      Judul berita juga bisa memakai kata yang luwes seperti “Ingin Main Teater HASTASA? Simak Syarat Masuknya.” Tapi jika menggunakan judul model seperti ini, harus memperhatian dulu beritanya. Karena tidak semua berita bisa diberikan judul seperti ini. Seperti berita korupsi, kebijkan public, dll. Nanti jatuhnya malah Yellow Journalism.
3.      Kalau judul seperti itu, dipikir ulang apa iya orang-orang tau siapa Syukron Ali. Kalau dia belum jadi public figure, sebaiknya hindari penggunaan sebutan nama langsung.
4.      Dari segi isi kurang menarik. Karena saya cuman menyunting tidak wawancara lagi.
Itu sedikit catatan tentang dari saya. Semoga bermanfaat dan barokah buat kita semua ya. Aamiin. Tunggu postingan saya selanjutnya yaa.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Kesalahan-kesalahan dalam bahasa Pers

Assalamu’alaikum..
Helloo, sudah lama ya saya tidak pernah memposting. Kali ini saya akan memposting pertemuan tanggal 17 April 2017. Pertemuan kali ini, Bu Artika memberikan transkip berita kepada mahasiswa, lalu mahasiswa disuruh untuk menentukan bagian-bagian berita seperti lead, tubuh berita, judul beita, dan seterusnya. Setelah selesai, tugas tersebut didiskusikan bersama dan akhirnya, jadi seperti ini deh beritanya.
Jusuf Kalla Ajak Pemuda Muslim Atasi Ketimpangan dengan Wirausaha
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengajak pemuda Muslim untuk bewirausaha demi kemajuan ekonomi Indonesia. Hal itu dia sampaikan dalam kuliah umum di Universitas Naahdhatul Ulama Surabaya (Unusa), Rabu. 27 Februari 2017. Ia memiliki ketimpangan disebabkan kurangnya kemampuan entrepreneurship (kewirausahaan)
“Kita tidak kekurangan politisi dan birokat, tetapi kekurangan kemampuan ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, umut Islammembutuhkan kemampuan entrepreneurship yang kuat selain penguasaan ilmu dan teknologi. Tanpa itu, Indonesia akan mempunyai ketimpangan yang besar agar tidak tertinggal.
Akhir-akhir ini, kata Jusuf Kalla, data statistik menunjukkan terdapat 1 persen orang yang menguasai lebih dari 50 persen total kekayaan di setara dengan kekayaan 100 juta orang miskin.
Pria yang akrab disapa JK itu menambahkan, dan sekitar 100 orang kaya hanya terdapat 10 muslim. Namun, jika 100 miskin, ia menyebutkan 90 persen di antaranya ia;ah orang Islam. “Ini terbalik,” tuturnya.
Maka, generasi muda diharapkan mampu berpikir untuk meningkatkan kemampuan kewirausahaan yang didasari oleh semangat dan pengetahuan. Sebab, kesenjangan telah terlihat di perkotaan. “intinya adalah bagaimana sebanyak mungkin generasi muda terjun di dunia usaha,” ucap dia.
            Setelah selesai berdiskusi dan sepakat bahwa beritanya seperti di atas, lalu Bu Artika menjelaskan materi tentang kesalahan-kesalan dalam bahasa pers. Berikut penjelasannya.
Kesalahan-kesalahan dalam bahasa Pers.
Wartawan sering dituding sebagai perusak bahasa Indonesia. Kesalahan itu, menurut pendidik dan pakar bahasa Indonesia J. S. Badudu, merata dari penggunaan ejaan, pemilihan kata, penghilangan unsur-unsur gramatikal, dan penyusunan kalimat-kalimat yang rancu.
a.       Kalimat Rancu
Kalimat rancu ucapkali digunakan oleh wartawan karena kurangnya kemampuan menggunakan bahasa Indonesia yang benar dalam jurnalistik.
Kalimat rancu seperti kesalahan penggunaan sufiks (akhiran) –kan dan sufiks -/ hampir setiap hari dilihat di surat kabar.
Contoh:
1.      Dalam rapat itu membicarakan kasus Bank Century.
2.      Mereka memperingatkan hari kemerdekaan di dalam penjara.
3.      Vonis dijadwalkan akan dijatuhi malam ini.
Pembenaran:
1.      Dalam rapat itu membicarakan kasus Bank Centuy.
Dalam rapat itu dibicarakan kasus Bank Century.
2.      Mereka memperingatkan hari kemerdekaan di dalam penjara.
Mereka memperingati hari kemerdekaan di dalam penjara.
3.      Vonis dijadwalkan akan dijatuhi malam ini.
Vonis dijadwalkan akan dijatuhkan malam ini.
b.      Ejaan
Koma (,)
Contoh:
1.      Mulhad, adalah seorang tokoh masayarakat di desanya yang menjaadi saingan Mark dalam Pilkades.
2.      Ferdinand Marcos, mantan presiden Filipina menghembuskan nafas akhirnya di AS dalam Usia 72 tahun.
Pembenahan:
1.      Mulhad adalah seorang tokoh masyarakat di desanya yang menjadi saingan Mark dalam Pilkades.
2.      Ferdinand Marcos, mantan presiden Filipina, menghembuskan nafas akhirnya di AS dalam usia 72 tahun.
Tanda Titik (.)
Contoh:
1.      Gadis itu bertanya mengapa pacarnya meninggalkan dirinya?
2.      Ana tanya apa yang terjadi?
Pembenahan:
Gadis itu bertanya mengapa pacarnya meninggalkan dirinya.
Ana tanya apa yang terjadi.
Di
Contoh:
1.      Dimana Surabaya?
2.      Budiman di gugat oleh pegawainya.
3.      Kini kasusnya sudah di meja hijaukan.
Pembenahan:
1.      Di mana Surabaya?
2.      Budiman digugat oleh pegawainya.
3.      Kini kasusnya sudah dimejahijaukan.
Kaidah Tata Bahasa
Contoh:
1.      Bolivia memasukkan 6 gol dan kemasukkan 5 gol.
2.      Beliau mendengarkan ibukota RI telah ditaklukan Belanda.
Pembahasan:
1.      Bolivia memasukkan 6 gol dan kemasukan 5 gol.
2.      Beliau mendengar ibukota RI telah ditaklukkan Belanda.
Penggunaan Kata
Contoh:
1.      Ia mengetengahkan tentang beberapa kebijakan pemerintah.
2.      Berita itu muncul sehubungan kunjungan janda Bung Karno ke Indonesia.
Pembenahan:
1.      Ia mengetengahkan beberapa kebijakan pemerintah.
2.      Berita itu muncul sehubungan dengan kunjungan janda Bung Karno ke Indonesia.
Susunan Kalimat
Contoh:
1.      Sewaktu digeledah petugas menemukan buku-buku terlarang di tasnya.
2.      Gadis remaja itu beberapa kali berhasil dicabuli Dd di tempat persembunyiannya.
3.      Tengah malam ketika hendak mengambil air wudhu Ny. Dh, untuk shalat tahajud, tiba-tiba disekap 3 orang tak dikenal dan menyumbat mulutnya, kemudian menggotongkan ke tengah sawah dekat dusunnya.
Pembenahan:
1.      Sewaktu tersangka digeledah, petugas menemukan buku-buku terlarang ditasnya.
2.      Dd beberapa kali berhasil mencabuli gadis remaja itu di tempat persembunyiannya.
3.      Tengah malam ketika Ny. Dh hendak mengambil air wudhu untuk shalat tahajud, tiba-tiba 3 orang tak dikenal menyekap dan menyumbat mulutnya. Kemudian ia digotong ke tengah sawah di dekat dusunnya.
Maka sebenernya bahasa pers dan bukan per situ SAMA SAJA, yakni sebagai alat untuk menyampaikan pesan.
Malah seharusnya bahasa pers lebih mudah dipahami oleh pembaca.
Tapi ada juga yang dengan sengaja ‘merusak’ bahasa.


Sejak bergulirnya era kebebasan pers, mulai bermunculan beberapa keran dan tabloid-tabloid ini bukan hanya penuh sensasi, tetapi juga menjungkirbalikkan semua rambu-rambu penulisan bahasa jurnalistik.