Assalamu’alaikum
Wr. Wb. Selamat pagi… Hari ini saya akan memposting pertemuan yang ke-7 yang
dijelaskan oleh Bu Artika tentang apa
yang dilakukan sebelum menulis, jenis-jenis wawancara, persiapan sebelum
melakukan wawancara, persiapan waktu wawancara, dan ragam jurnalistik.
1.
Apa yang dilakukan sebelum menulis?
Liputan dilakukan dengan cara melakukan observasi dan wawancara
secara langsung pada peristiwa yang akan
dilaporkan. Hal ini bisa dilakukan untuk berita-berita yang sudah diduga atau
terjadwal.
Di dalam melakukan liputan, wartawan
harus bisa mengumpulkan informasi yang lengkap, meliputi informasi tentang apa,
siapa, kapan, di mana, bagaimana, dan mengapa (5W + 1H)
Untuk berita-berita yang tak
terduga, yang biasanya sudah terjadi tanpa kehadiran wartawan di tempat
peristiwa, maka wartawan melakukan liputan dengan menggali informasi melalui
wawancara.
Wawancara atau interview
merupakan salah satu cara menggali informasi lewat percakapan antara
wartawan dengan seseorang yang menjadi sumber berita.
Wartawan
tidak bisa mewawancarai sembarang orang.
Interview (yang diwawancarai) adalah
seseorang atau sejumlah orang yang oleh karena kududukannya,
peranannya/keterlibatannya, kompentensi/keahlian, dan pengalamannya, dianggap
memiliki informasi yang penting, yang dibutuhkan wartawan sebagai bahan
penulisan berita.
2.
Ada beberapa jenis wawancara.
1.
Factual news interview
Wawancara dengan sumber berita yang memiliki otoritas atau
mengetahi dengan persis suatu peristiwa atau permasalahan yang hendak
diberitakan.
2.
Castual interview (doorstop)
Wawancara yang tidak diatur atau direncanakan lebih dahulu.
Dilakukan secara mendadak pada saat wartawan bertemu sumber berita.
3.
Group interview
Wawancara yang dilakukan oleh sejumlah wartawan dari berbagai media
massa dengan seorang atau lebih sumber berita. Hal ini terjadi terutama pada
acara konferensi pers atau jumpa pers.
4.
Personality interview
Wawancara yang memiliki tujuan khusu, yaitu untuk menggali
penjelasan lebuh jauh mengenai pribadi seseorang. Biasanya berkaitan dengan
penulisan profil seseorang.
3.
Persiapan sebelum melakukan wawancara
1.
Menyusun
pertanyaan mengenai permasalahan yang akan ditanyakan secara runtut.
2.
Memastikan
bahwa sumber berita benar-benar mengusai permasalahan yang akan ditanyakan.
3.
Melakukan
kontak/janjian dengan sumber berita untuk memastikan waktu dan permasalahannya.
4.
Apabila
diminta, wartawan bisa memberikan daftar pertanyaan terlebih dahulu, agar
sumber berita siap dengan bahan yang diperlukan.
5.
Persiapkan
alat-alat yang akan digunakan untuk mencatat atau merekam hasil wawancara,
misalnya: notes, pena, dan alat perekam.
4.
Waktu wawancara apa persiapan yang dilakukan
1.
Cek
dahulu perjanjian yang sudah dibuat dengan sumber berita.
2.
Bersikap
sopan dan memperkenalkan diri lebih dahulu dengan menyebutkan identitas (nama
dan asal media massa).
3.
Ajukan
pertanyaan secara ringkas, jelas, dan to the point.
4.
Apabila
sumber berita terkesan berusaha menutup informasi, ajukan pertanyaan yang
langsung.
5.
Jangan
memberondong sumber berita dengan pertanyaan. Dengarkan apa jawaban sumber
berita atas pertanyaan sebelumnya.
6.
Membuat
suasana santai. Jangan meneluarkan notes, alat perekam, atau mengambil foto
tanpa lebih dahulu meminta ijin.
7.
Cara
terbaik adalah tidak mencatat selama melakukan wawancara. Naumun, berusaha
mengingat isi pembicaraan dan setelah selesai wawancara, baru menuliskan
catatannya.
8.
Berusaha
untuk menjaga agar masalah tidak keluar dari kerangkanya atau melebar ke
pembicaraan yang tidak relevan.
9.
Tidak
mengajukan pertanyaan yang “bodoh”. Misalnya pertanyaan yang klise, atau
pertanyaan retoritas, atau pertanyaan yang tidak peka kepada perasaan sumber
berita.
10.
Apabila
akan mengalihkan percakapan ke permasalah yang berbeda, mintalah izin terlebih
dahulu kepada sumber berita.
11.
Menjaga/melindungu
kerahasiaan identitas sumber berita yang ideal adalah apabila sumber berita mau
sebutkan identitasnya dengan jelas. Namun apabila ia berkeberatan mejaga
kerahasiaan identitasnya.
12.
Wartawan
juga harus menghormati permintaan untuk off the record, di mana informasi yang
diberikan oleh sumber berita hanya oleh diketahui oleh wartawan dan redaktur.
Namun tidak boleh dimuat di dalam berita di media massa.
13.
Apabila
mengakhiri wawancara, ucapkan terima kasih, dan mintalah persediaan sumber
berita untuk menghubungi lagi pada kesempatan yang lain.
Berita harus
segera dimuat dan aktual, mala berita haruslah padat, langsung, singkat, dan
dengan bahasa yang lugas (tidak berbunga-bunnga).
Penulisan
berita harus disesuaikan dengan kebutuhan pembaca, yang karena kesibukannya
tidak memiliki banyak waktu untuk membaca berita berlama-lama.
Unsur-unsur
beritta yang harus dicakup meliputi jawaban atas 6 pertanyaan yang lazim
disebut 5W + 1H (what, who, where, when, why, dan how).
Cerita
berita langsung yang paling mudah dikenali adalah pada permulaan berita setelah
judu;, diikuti dengan keterangan tempat dan disusul dengan nama penerbit pers
yang bersangkutan, misal: “Tempo, Jakarta”.
Dari
susunan uraiannya, berita langsung bisa dikenali dari strukturnya yang dikenal
dengan istilah piramida terbalik; dimana bagian yang paling
penting diempatkab di bagian paling awal (atas), disusul dengan bagian yang
kurang penting. Urutannya seperti: judul berita, lead, tubuh berita, dan
penutup.
Penggunaan
struktur semacam ini berkaitan dengan keterbatasan waktu pembaca ini berkaitan
dengan keterbatasan waktu pembaca dan keterbatasan ruang (space) di dalam surat
kabar.
Penutup
merupakan akhir dari uraian berita, namun bukan berupa kesimpulan. Dalam
struktur piramida terbalik, bagian ini tidak terlalu penting. Ketika suatu berita
ternyata memakan tempat melebihi space yang tersedia di halaman surat kabar,
maka bagian inilah yang akan dipotong (dihilangkan) paling dahulu.
Berita
tidak sama dengan karya tertulis lain seperti novel atau cerita pendek. Ia
ditulis menggunakan bahasa Indonesia ragam jurnalistik.
Sebab,
berita ditulis dengan cara menunjukkan secara jelas apa yang menjadi prioritas
utama berita menurut nilai berita (news value).
5.
Ragam Jurnalistik
1.
Menaati
aturan ejaan yang berlaku (EYD).
2.
Menaati
kaidah tata bahasa Indonesia yang berlaku.
3.
Tidak
meninggalkan prefiks me- dan prefiks ber-, kecualipada judul cerita.
4.
Menggunakan
kalimat pendek dan lengkap (subjek, predikat, objek).
5.
Menggunakan
kalimat logis. Satu kalimat hanya berisi satu gagasan.
6.
Satu
paragraf hanya terdiri dari 2 atau 3 buah kalimat. Kesatuan dan kepaduan antar
kalimat harus terpelihara.
7.
Menggunakan
bentuk aktif pada kata maupun kalimat pasif hanya digunakan kalau memang perlu.
Begitu juga kata sifat yang dibatasi pemakaiannya.
8.
Ungkapan-ungkapan
klise (seperti sementara itu, perlu diketahui, dimana, kepada siapa, dan
sebagainya) tidak digunakan.
9.
Kata-kata
mubazir seperti adalah, merupakan, dari, daripada, dan sebagainya, dibatasi
penggunaanya.
10.
Kalimat
aktif dan pasif tidak dicampuradukkan dalam satu paragraf.
11.
Kata-kata
asing dan istilahilmiah yang terlalu teknis, tidak digunakan. Jika terpaksa,
harus dijelaskan.
12.
Penggunaan
singkatan dan akronim sangat dibatasi. Pada pertama kali singkatan dan akronim
digunakan, harus diberi penjelasan kepanjangannya.
13.
Penggunaan
kata yang pendek didahulukan daripada kata panjang.
14.
Tidak
menggunakan kata ganti orang pertama (saya dan kamu). Berita harus menggunakan
bentuk orang ketiga.
15.
Kutipan
(kalau ada) ditempatkan pada akhir paragraf atau paragraf baru.
16.
Tidak
memasukkan pendapat sendiri dalam berita.
17.
Segala
sesuatu dijelaskan secara spesifikhasil observasi melalui bentuk keterangan
dalam kalimat.
18.
Bahasa
jurnalistik adalah bahasa komunikatif. Jadi harus betul-betul dapat dipahami
dengan mudah oleh pembacanya.
Keep It Short and Simple
Usahakan agar
tulisan itu singkat dan sederhana. Hindari kalimat rumit. Pilihlah kalimat yang
pendek dan tepat, dan berceritalah.
Itu sedikit catatan tentang dari saya. Semoga bermanfaat
dan barokah buat kita semua ya. Aamiin. Tunggu postingan saya selanjutnya yaa.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar